Posted by : Unknown Minggu, 04 November 2012


Dalam sebuah rubrik konsultasi seks dan remaja di sebuah harian lokal Yogyakarta pernah ada curhat seperti ini:

"Dokter, saya adalah seorang mahasiswi semester tiga di sebuah PTS di Yogyakarta. Tempat saya kuliah tergolong elite, mewah dan vulgar dari segi pergaulannya. Mahasiswanya banyak yang mengenakan kaos oblong dan celana ketat, bahkan kalau tidak ada kuliah banyak di antara mereka hanya memakai kaos 'U can see'. Mulanya, saya yang pernah nyantri di sebuah pesantren besar di Jawa Timur, merasa rikuh dengan lingkungan kuliah yang serba hedon ini. Tapi, rupanya kerikuhan saya pada kostum ini hanya bertahan sekian bulan dan selanjutnya saya pun menjadi bagian dari penampilan kaum hedonis itu.


Lalu semester dua saya ditembak oleh seorang cowok. Sebetulnya, saya kurang sreg dengan cowok itu, karena saya tahu dari banyak teman dan kadang kala saya melihat sendiri bahwa cowok itu gemar gonta-ganti cewek. Mereka bilang, cowok itu 'orang dugem'. Tapi, saya terpaksa menerimanya hanya gara-gara diledekin terus sama teman-teman kos yang setiap malam minggu pasti kencan dengan cowoknya masing-masing. Jadilah saya pacaran dengannya. Jujur saja Dok, dialah lelaki pertama yang mencium dan menyentuh tubuh saya, dialah yang mengajarkan saya segala jenis percumbuan, mulai dari 'kissing' ('dry' and 'wet') hingga 'petting'. Saya takut banget pada dia setiap kali dia mulai meraba-raba saya. 

Pernah suatu kali saya tolak dengan halus. Saya bilang, "Mas, saya takut beginian ..... !" Namun dia tersenyum dan menyahut, "Alaaaah, ini mah kecil Say! Teman-teman yang lain malah lebih jauh dari ini. Lagi pula, inikan ekspresi cinta saya sama kamu ..." Saya pun KO! Malam itu, di kamar kos saya, dia membuat saya setengah telanjang. Habis itu, saya merasa sangat berdosa. Bahkan, saya menangis sendiri di kamar hingga adzan shubuh. Dalam hati saya berjanji tidak akan melakukan ini lagi. Cukup sekali! Cukup! Saya akan menolak dia bila ingin mengulanginya!

Tapi Dok, keesokan harinya, dia kembali ingin melakukannya. Saya mencoba menolaknya. Tapi, lagi-lagi dia tersenyum manis dan berkata, "Sayang, kalau sampai teman-teman yang lain tahu perbuatanmu ini, menolak ekspresi cintaku, mereka akan menertawaimu. Lagi pula, di mana-mana, cinta kan harus berkorban. Juliet saja yang orang kuno mau berkorban untuk Romeo-nya, masak kamu sebagai Julietku nggak mau melakukan ini untukku? Aku jamin, nggak bakalan terjadi apa-apa, nggak bakal hamil!"

Salam Ukhuwah,
Yudi Syahputra


SUMBER : "Romantika Remaja", Abu Al Ghifari, Mujahid Press 2004

{ 2 komentar... read them below or Comment }

Welcome to My Blog

Cari Blog

Label

Statistic

Like Facebook Kami yaa ^_^

- Copyright © 2013 Yudhi Zone -