Posted by : Unknown Sabtu, 10 November 2012


Pergaulan tanpa batas, bagi wanita bukan hanya merendahkan martabatnya, tapi juga menjual masa depan dengan harga yang sangat murah. Pola pikir instan, sok cantik dan tak patuh nasihat orang tua menjadikan saya kehilangan masa depan.
Saya anak kedua dari lima bersaudara. Kakakku laki-laki dan aku perempuan paling besar dan adikku keduanya perempuan. Latar belakang keluarga sebenarnya cukup baik. Ibu sering menasehati tentang berbagai hal termasuk membekaliku dengan sopan santun dan cara bergaul yang baik. Ayah, seorang pegawai borongan, jarang di rumah.


Prestasi saya di sekolah cukup baik, tidak pernah tinggal kelas. Tamat SLTP semuanya tidak ada masalah. Namun, SMU saya salah gaul, teman-teman sepergaulan cenderung hura-hura dan nongkrong di mall. Sayang, saya tak sadar masa itulah awal tragedi yang kurasakan kini. Saya terbawa arus pergaulan tidak sehat.
Teman-temanku bukan orang berada tapi mereka sok kaya, dandanan menor, pakaian dengan aksesoris mencolok dan ngobrol sok orang gedean. Padahal di rumah mereka orang susah, tapi pandai merayu orang tua demi gengsinya di sekolah. Prestasi mereka pun tak ada yang baik. Saya pun jadi anak bodoh yang sok pintar.
Kelompok kami disebut 'koboy-koboy betina', tapi kami menyebutnya 'gank artis'. Kami sering bergerombol kesana-kemari. Hingga SMU kelas 2, anggota kami tetap sepuluh orang, tiga orang sekelas, sisanya beda kelas. Hal yang sering bahkan rutin kami lakukan adalah lomba merayu pria. Jika ada pria ganteng kami pasang strategi, siapa mampu menggaetnya, dialah pemimpin kami bulan berikutnya dan seterusnya. Padahal kelompok kami masing-masing telah memiliki pacar setia dan sebagian sering gonta-ganti. Pacar-pacar itu kebanyakan dari SMU lain, ada juga yang mahasiswa atau remaja pengangguran.
Sebenarnya saya malu mengungkapkan pengalaman seks, tapi demi pelajaran bagi pembaca, maka saya ungkapkan sebagian. Pertengahan kelas 2, kelompok kami sepakat untuk mengakhiri masa keperawanan. Bahkan jika ada yang telah hilang keperawanannya memberitahukan dengan bangga. Sebaliknya bagi yang belum dianggap kurang pandai merayu. Sebelum itu terjadi, kami sering nonton 'blue film' bersama-sama, kadang gantian saling pinjam majalah biru. Yang menjijikan, kami sering mandi bersama layaknya binatang.
Ini perilaku bejat kami kala itu. Hingga akhirnya, kehidupan seks bukan hal aneh lagi. Jika ada camping, kami sering membooking tempat tersendiri.

Salam Ukhuwah,
Yudi Syahputra

SUMBER : "Romantika Remaja", Abu Al Ghifari, Mujahid Press 2004

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Cari Blog

Label

Statistic

Like Facebook Kami yaa ^_^

- Copyright © 2013 Yudhi Zone -